Perjuangan Petani Wonorejo Hijaukan Kembali Pegunungan Patiayam Kudus
Tvnem.com Kudus - Pegunungan Patiayam Kabupaten Kudus berpuluh tahun kondisinya gundul hingga memicu bencana di wilayah sekitar. Hal ini membuat kelompok tani di Kudus berjuang untuk mengembalikan kawasan hutan yang gundul menjadi hijau kembali. Seperti apa kisahnya?
Mereka adalah Kelompok Tani Wonorejo Desa Gondoharum Kecamatan Jekulo Kudus. Wilayah Desa mereka tepat berada di Lereng Pegunungan Patiayam Kudus.
Pagi tadi, petani, warga dan mahasiswa bersama-sama melakukan aksi menanam ribuan tanaman mangga dan nangka di Pegunungan Patiayam Kudus. Mereka sangat antusias untuk kembali menghijaukan pegunungan ini.
Ketua Kelompok Tani Wonorejo Desa Gondoharum Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus Mashuri (50) mengatakan wilayah Pegunungan Patiayam sejak tahun 1998 sampai tahun 2019 dikenal gundul dan tampak coklat ketika dilihat dari pinggir jalan raya Pantura Kudus.
Tak ayal kondisi ini membuat prihatin petani dan warga. Terlebih kondisi tersebut memicu bencana alam berupa banjir hingga longsor di daerah sekitar.
"1998 sampai 2019 Pegunungan Patiayam ini gundul. Jadi dari jalan raya ini kelihatan coklat. Tidak ada hijau-hijaunya sama sekali," jelas Mashuri kepada wartawan ditemui di Gondoharum Kecamatan Jekulo, Rabu (5/2/2025).
Mashuri baru memulai melakukan penanaman sejak tahun 2020 silam. Para petani yang tergabung di kelompoknya ini bekerjasama dengan pihak swasta untuk mulai menghijaukan pegunungan yang membentang dari Kudus ke Pati ini. Sebab jika secara swadaya petani, mereka tidak memiliki modal.
"Setelah melakukan penanaman harapan dan tujuan kami lingkungan atau di kawasan Hutan Patiayam yang selama ini dimanfaatkan tanaman pangan saja dengan adanya tanaman mangga ini kita dapat meningkatkan taraf ekonomi juga," ungkap dia.
"Kalau kita sendiri modal dari mana, makanya kita bekerjasama dengan perusahaan swasta," dia melanjutkan.
Dia mengatakan luasan lahan perhutanan yang bisa ditanami sebanyak 250 hektare. Menurutnya sudah ada 25 ribu bibit tanaman mangga, nangka dan buah keras lainnya. Mashuri mengaku sudah pernah menuai hasil panen buah mangga hingga mendapatkan cuan sampai Rp 200 jutaan.
"Alhamdulillah tahun pertama 57 hektare kita tanami dengan jarak tanam 10 x 10 meter kita sudah bisa menghasilkan mangga dalam satu panen 30 ton," jelasnya.
Hasil buah mangga ini kata dia sudah dijual sampai ke Bandung dan kota lainnya di sekitar Kudus. "Kami lakukan penjualan ke Bandung, terus lokal Kudus Pati dan sekitarnya," jelasnya.
Menurutnya dari beberapa buah yang ditanam, buah mangga paling banyak dan sudah menghasilkan uang. Terlebih Menurutnya perawatan tanaman mangga relatif lebih mudah.
"Perawatan lebih mudah. Hanya tiga kali pemupukan. Menggunakan pupuk padat dua kali dan pupuk cair sekali," jelasnya.
Meskipun demikian, Mashuri bersama petani lainnya tidak mudah mengatakan warga lainnya untuk menanam tanaman buah. Sebab masyarakat sebelumnya kebanyakan menanam tananaman jagung yang semusim. Mashuri harus menyakinkan kepada masyarakat jika tanaman mangga lebih memiliki keuntungan ekonomi bagi warga.
"Tidak mudah mengembalikan tangan. Tetapi kami sebagai orang di depan yang menginginkan hutan ini ada hijau demi untuk melindungi desa sekitar akhirnya dari kelompok saya getol bersosialisasi kepada anggota kami," jelasnya.
Akan tetapi lamban laun akhirnya warga berkeinginan untuk menanam tanaman mangga. Kata dia setelah tahun 2023 sudah menghasilkan panen mangga ternyata antusias petani tinggi.
Sebab menurutnya secara hasil analisis usaha kelompok tani tanaman dengan menanam jagung secara monokultur dengan tumpangsari jagung sama mangga secara hasilnya itu lebih tinggi yang jagung tumpangsari dengan mangga.
"Memang prosesnya butuh proses," ungkap dia.
Mashuri berharap kedepannya nanti usaha kelompok tani ini untuk menghijaukan Pegunungan Patiayam Kudus bisa terlaksana. Selain itu wilayahnya juga bisa dikenal menjadi sentra penghasil buah mangga terbesar di Jawa Tengah.
"Mudah-mudahan kami akan menjadi penghasil mangga terbesar di Jawa Tengah. Menjadi agrowisata dari kelompok tani kami," jelasnya.
Kesempatan yang sama Kepala Seksi Wilayah 1 Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Jawa Kementerian Kehutanan Ruhiat menjelaskan bahwa sebelumnya kawasan hutan lindung dan produksi diberikan kebebasan kepada perum perhutani saat ini sebagian dialokasikan kawasan Hutan dengan pengelolaan khusus. Di antaranya kepentingan dari perhutanan sosial.
"Prinsipnya perhutanan sosial ini bagaimana kawasan Hutan yang ada ini bisa tetap terjaga atau terpulihkan seperti kondisi hutan di atas (Pegunungan Patiayam Kudus) bisa terpulihkan kondisinya dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat juga selain memulihkan kawasan hutan juga meningkatkan kesejahteraan baik menanam tanaman kehutanan yang dipadukan dengan tanaman buah-buahan dan tanaman semusim," jelas Ruhiat ditemui di Kudus siang tadi.
Menurutnya kondisi Pegunungan Patiayam berpuluh tahun gundul hingga menyebabkan bencana alam. Sebab warga menanaminya dengan tanaman jagung. Akibatnya sering terjadi bencana alam baik banjir hingga tanah longsor.
"Kalau di sini beberapa puluh tahun sudah ditanami jagung. Kalau hujan banjir kalau panas kekeringan karena dominasinya jagung. Dengan adanya perhutanan sosial kelestarian hutan ini bisa kembali pulih," jelasnya.
Sementara itu dari pihak swasta Communications Director Djarum Foundation Mutiara Diah Asmara memberikan dukungan dan pendampingan kepada para petani untuk menghijaukan kawasan hutan Pegunungan Patiayam Kudus. Pihaknya juga telah memberikan bantuan puluhan ribu tanaman sejak tahun 2020 lalu.
"Kami juga membantu dengan mengadakan pelatihan dan pendampingan kepada para petani dan pemberian bibit hasil dari kegiatan #oneactionontree (OAOT) ini diharapkan dapat berdampak panjang bagi petani. Maka itu dalam kali ini kami Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) memberikan bantuan 26 ribu bibit serta prasarana gazebo kepada kelompok tani Wonorejo," ungkap Mutiara ditemui di lokasi.
Posting Komentar untuk "Perjuangan Petani Wonorejo Hijaukan Kembali Pegunungan Patiayam Kudus "